Sabtu, 15 November 2025 – 10:30 WIB
Jakarta – Maraknya kasus perselingkuhan yang melibatkan para selebriti belakangan ini kembali menjadi sorotan publik. Berbagai pemberitaan tentang retaknya rumah tangga artis akibat pengkhianatan membuat masyarakat bertanya-tanya: bagaimana seharusnya seorang pasangan bersikap ketika berada di posisi tersebut?
Baca Juga:
dr. Aisah Dahlan Ungkap Perempuan Kini Tak Takut Untuk Bercerai, Kenapa?
Di tengah riuhnya isu skandal para pesohor, muncul kembali perbincangan mengenai pandangan Islam terhadap perselingkuhan dan langkah apa yang sebaiknya diambil seorang suami ketika istrinya terbukti berselingkuh. Scroll lebih lanjut yuk!
Pertanyaan ini pernah dijelaskan oleh ulama ternama, Buya Yahya, dalam salah satu kajiannya. Menurutnya, meski pengkhianatan merupakan luka besar dalam rumah tangga, Islam tidak serta-merta mengarahkan pasangan untuk langsung bercerai.
Baca Juga:
10 Artis Indonesia Ini Ternyata Keturunan Pahlawan Nasional, Ada Maia Estianty hingga Celine Evangelista
Ada proses yang harus dipertimbangkan secara matang, terutama jika masih ada peluang untuk memperbaiki keadaan.
“Kalau ada orang punya pasangan berzina, bisa jadi dia memang kepleset, jika hati masih kuat untuk mendidik dia, maka itu jauh lebih bagus daripada dilepas tanpa didikan,” ujar Buya Yahya di kanal YouTubenya, dikutip Sabtu 15 November 2025.
Baca Juga:
Bukan Orang Ketiga, Ini Alasan Raisa dan Hamish Daud Pilih Pisah Baik-Baik
Buya Yahya menegaskan bahwa rasa kecewa yang muncul ketika mengetahui pasangan berkhianat adalah hal yang manusiawi. Sebab, hubungan pernikahan dibangun dari ikatan emosional yang kuat.
Namun, ketika kedua belah pihak masih memiliki keinginan untuk memperbaiki hubungan, maka proses pemulihan membutuhkan komitmen baru yang disepakati bersama.
“Sakit hati iya, karena ada cinta dan ada hati. Makanya harus ada komitmen baru. Ada perjanjian dan kesepakatan baru,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa memaafkan adalah langkah mulia, namun hal itu harus dibarengi dengan adanya penyesalan yang nyata dari pihak yang melakukan kesalahan.
Membimbing pasangan untuk berubah dan memperbaiki diri dapat menjadi pilihan terbaik selama masih ada harapan untuk kembali membangun keluarga yang harmonis.
Tetapi, jika tidak terlihat adanya perubahan atau tanda-tanda penyesalan, mempertahankan hubungan justru bisa memperparah kondisi.
“Mendidik akan jauh lebih bagus, jika memang ada tanda-tanda penyesalan. Kalau tidak ada tanda-tanda penyesalan, ya tidak perlu dilanjutkan. Apalagi saling menyalahkan,” katanya.
Ketika perceraian akhirnya menjadi pilihan terakhir, Islam tetap mengajarkan bahwa proses tersebut harus dilakukan dengan cara yang baik dan terhormat.
Halaman Selanjutnya
“Jadi ada dua pilihan, yang pertama tentu ditolong dulu mungkin dia terpleset. Kalau suami tidak mampu, atau istri tidak kuat dan keluar marahnya, maka berpisah dengan cara yang baik, tanpa ada permusuhan, tanpa ada caci maki, tanpa menyebut kejelekannya,” tuturnya.












