Selasa, 2 September 2025 – 22: 44 WIB

Islamabad, Viva — Jumlah korban tewas akibat gempa bumi dahsyat yang melanda Afghanistan timur pada Minggu malam 31 Agustus meningkat menjadi 1 124 orang, menurut Bulan Sabit Merah Afghanistan pada Selasa.

Baca juga:

10 Saksi Diperiksa Terkait Kematian Mahasiswa Amikom saat Demo di Mapolda DIY

Setidaknya 3 251 orang terluka, sementara gempa tersebut menghancurkan lebih dari 8 000 rumah, kata kelompok kemanusiaan tersebut melalui media sosial X.

Gempa tersebut merupakan gempa bumi terbesar ketiga yang melanda negara yang dilanda perang sejak Taliban Afghanistan kembali berkuasa pada Agustus 2021

Baca juga:

Pemprov Jakarta Bakal Cabut Penerima KJP And also dan KJMU yang Terbukti Terlibat Kerusuhan

Ilustrasi – Seismograf mencatat getaran gempa.

Survei geologi AS mencatat gempa tersebut pada pukul 23 47 waktu setempat, terletak 27 kilometer timur-timur laut Jalalabad pada kedalaman 8 km pada Minggu malam, ketika sebagian besar penduduk sedang tidur.

Baca juga:

Dua Orang Jadi Tersangka Ricuh di Unisba, Bawa Hashish dan Senjata Softgun

Kunar adalah provinsi yang paling parah terkena dampak, di mana gempa bumi dahsyat tersebut menghancurkan beberapa desa.

Juru bicara pemerintahan sementara Afghanistan di Provinsi Kunar, Abdul Ghani, mengatakan kepada Anadolu bahwa tim penyelamat dan bantuan telah tiba di daerah terdampak, dan operasi terus berlanjut sejak Senin.

“Jumlah korban tewas mungkin bertambah karena banyak orang masih tertimbun reruntuhan,” ujarnya.

Dia menambahkan bahwa puluhan rumah hancur di distrik Nur Gal, Sawki, Watpur, Manogi, dan Chapa Dara di provinsi tersebut.

Pemerintah sementara Afghanistan mengirimkan barang-barang bantuan dan tim medis ke daerah tersebut pada Senin, dan Ghani mengatakan lebih banyak bantuan sedang dalam perjalanan dari Kabul.

Beberapa negara, termasuk negara tetangga Pakistan, Iran, China, dan India, serta negara-negara Barat, telah berjanji untuk mengirimkan bantuan ke Afghanistan. (Ant)

Halaman Selanjutnya

“Jumlah korban tewas mungkin bertambah karena banyak orang masih tertimbun reruntuhan,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya

Tautan Sumber